Cara Aku Menjaga Work Life Balance


Ngebahas work life balance sebaiknya dimulai dengan sebuah definisi. Balance menurutmu itu yang bagaimana? Bagiku balance ada ketika aku bisa bekerja tapi juga punya cukup waktu menekuni hobi, me-time, dan juga quality time dengan keluarga.

Teorinya sebenarnya simple, kalo menurut buku-buku dan postingan akun self development di instagram: intinya manajemen fokusnya di benerin.
Kalau fokusnya udah termanajemen, emang semuanya bisa balance?

Err… Tidak selalu!

One fine day, aku bangun pagi dengan rencana yang tersusun rapi dikepala. Melakukan semuanya sesuai list yang disusun berdasarkan prioritas. Mulus. Another day, aku lengah, bangun kesiangan, kelelahan kerja, sepulang kerja langsung ketiduran tanpa sempat ngapa-ngapain. Tau-tau udah pagi dan harus kerja lagi.

Ironisnya hari-hari yang ter-organized dan well-planned jarang sekali terjadi.

Terkadang aku membayangkan menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi itu seperti berdiri diatas seutas tali sirkus tanpa sepatu sembari memegang sebilah galah. Mleyot kanan mleyot kiri. Yang penting tidak jatuh.

Tapi masa gabisa sih? Pasti bisa dong ya. Rasulullah aja sibuk tapi work life hereafter nya terlaksana sesuai porsi. Lah kita apaan yang tugas dan agendanya gak sepadat Rasulullah (peace be upon him), yang waktu luangnya dipake buat rebahan, yang klo jenuh langsung self reward menghabiskan gaji untuk diri sendiri, memesan yang cukup untuk satu porsi, membeli tiket nonton film terkini sambil mendengarkan kunto aji di tengah muda mudi… ehh.

Berikut cara aku untuk meraih work life balance:

1. Buat batasan



Semakin dewasa kita makin punya banyak tanggung jawab sehingga waktu luang jadi sedikit. Maka makin pahamlah bahwa menjadi people pleaser sedikit banyak melanggar hak diri kita atas diri sendiri.
Membuat batasan itu membantu kita fokus. Semua ada waktunya. Mau itu buat kerja, sosmed-an, teman, atau keluarga. Kita juga perlu punya ‘ruang tenang’ untuk diri kita sendiri.
It’s ok untuk gak balas chat atasan diluar jam kerja. It’s ok untuk ‘read doang’ chat teman saat kamu merasa gak punya waktu untuk itu. It’s ok juga untuk cancel agenda main cuma untuk rebahan dirumah. Adulthood is busy!
Belajarlah untuk memahami diri sendiri dan kenali batasan-batasan wajar yang bisa ditolerir supaya balance.

2. Tentukan prioritas



Hal-hal yang gak terselesaikan kadang suka jadi beban. Padahal gak semua hal bisa kita selesaikan bersamaan. Kita yang paling tau apa yang harus di prioritaskan dan apa yang bisa di cut off dari to-do-list.

Kalau to-do-list harian malah buat pusing dan selalu tak terlaksana, lebih baik gak usah dibuat sekalian. Daripada merasa gagal setiap hari, kenapa gak coba ganti target harian jadi mingguan atau bulanan?

3. Love Yourself


Ketika kita mencintai diri kita, itu artinya kita mengenali batasan diri kita. Tau kapan harus lari kencang dan kapan waktunya berhenti. Kapan waktunya kerja dan kapan waktunya istirahat. Apa yang harus jadi prioritas dan apa yang bisa dibuang.

Mencintai diri berarti gak membiarkan diri kita terus menerus berantakan. Kita pasti akan cari cara untuk menyeimbangkan antara hati, pikiran, dan keuangan.. ups.

Hidup manusia itu tidak selalu ideal. Adakalanya hari-hari berjalan mulus sesuai rencana dan ada kalanya rusuh berantakan. Ada saat dimana kita merasa segalanya balance dan teratur. Ada kalanya kita merasa seperti tidak punya kendali atas diri sendiri. That’s life and it’s pretty normal.

Tugas kita hanya terus menerus berbenah. Berusaha mindful dalam segala hal setiap hari.

Jadi, apakah memiliki keseimbangan antaara kehidupan pribadi dan pekerjaan itu mungkin?

You Might Also Like

0 comments